Download Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 1948 | pdf
Berikut adalah tautan download UU Nomor 28 Tahun 1948 | pdf tersebut
Berikut kami kutipkan isi dari Undang-undang tersebut.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 1948
TENTANG
PASAL ALAT PEMBAYARAN LUAR NEGERI.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : perlu untuk mengadakan peraturan tentang alat pembayaran luar Negeri
dan pengawasannya;
Mengingat : pasal 23 dan pasal IV Aturan Peralihan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia, serta Maklumat Wakil Presiden Republik Indonesia
tanggal 16 Oktober 1945 No. X;
Dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan peraturan sebagai berikut :
UNDANG-UNDANG ALAT PEMBAYARAN LUANR NEGERI.
A. Kantor dan Fonds alat pembayaran luar Negeri dan Dewan Pengawas.
Pasal 1.
1. Untuk menjalankan segala pekerjaan yang perlu guna mengatur dan mengawasi alat
pembayaran luar Negeri maka diadakan Kantor alat pembayaran luar Negeri, disingkat
K.A.P. dan suatu Fonds alat pembayaran luar Negeri, seterusnya disingkat Fonds K.A.P.
adalah Badan Hukum.
2. K.A.P. diawasi oleh Dewan Pengawas terdiri dari Menteri Kuangan, sebagai Ketua Dewan
dan Menteri Kemakmuran dan Presiden-Direktur Bank Negara Indonesia sebagai
anggauta.
3. Ketua dan anggauta Dewan Pengawas duduk di dalam Dewan karena jabatannya.
Pasal 2.
1. K.A.P. dipimpin oleh seorang Direktur yang dibantu oleh beberapa orang wakilnya.
Direktur dan wakil Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Pengawas; pegawai
dan pekerja lain diangkat dan diberhentikan oleh Direktur dengan persetujuan Dewan
Pengawas.
2. Direktur K.A.P. bertanggung jawab kepada Dewan Pengawas. Dewan Pengawas
memberikan petunjuk yang dipandang perlu olehnya.
3. Direktur K.A.P. mewakili Kantor ini di dalam dan di luar pengadilan.
4. Dengan persetujuan Dewan Pengawas, Direktur dapat mendirikan cabang di beberapa
tempat.
Pasal 3.
1. Fonds diurus oleh Bank Negara dengan mengadakan administrasi tersendiri.
2. Modal, dibutuhkan oleh K.A.P. untuk menjalankan kewajibannya diberikan oleh Fonds.
3. Besarnya modal Fonds dan besarnya modal yang digunakan oleh K.A.P. ditetapkan oleh
Dewan Pengawas.
4. Pengurusan dan administrasi modal termaksud dalam ayat 1 dan 2 diawasi oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 2 -
B. Penduduk dan kewajibannya memberitahukan.
Pasal 4.
1. Dengan tidak mengurangi peraturan termuat dalam pasal 17 ayat 2, yang dipandang
sebagai penduduk dalam Undang-undang ini ialah orang atau badan - termasuk pula
badan dan jawatan Pemerintah - yang bertempat kedudukan atau berkantor di dalam
daerah Republik.
2. Orang atau badan yang tidak bertempat kedudukan di dalam daerah Republik, akan tetapi
yang lebih dari 90 hari di dalam waktu 1 tahun berada di dalam daerah tersebut,
dipandang pula sebagai penduduk.
Pasal 5.
Dalam waktu satu bulan penduduk yang pada saat Undang-undang ini berlaku mempunyai
dan/atau menguasai benda-benda tersebut di bawah ini, harus memberitahukannya kepada
K.A.P. atau Kantor lain atau Bank yang ditunjuk oleh K.A.P. serta berkewajiban memberikan
keterangan yang dipandang perlu oleh K.A.P., Kantor atau Bank tersebut.
a. Emas dan logam mulia yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas.
b. Effecten, sebagai obligasi, aanndeel, surat tanda untung, dan sebagainya.
c. Alat pembayaran sah luar Negeri, dan alat pembayaran sah dalam Negeri sebelum
pendudukan Jepang.
d. Surat berharga, sebagai cheque, surat wissel, promesse, dan sebagainya yang mengenai luar
Negeri.
e. Hak menagih di luar Negeri, termasuk saldo dalam rekening-courant, deposito, dan
sebagainya.
f. Harta benda lainnya yang ada di luar Negeri, baik yang berupa harta tetap dan harta
bergerak, ampun yang berup lain.
C. Kewajiban memberitahukan bagi golongan bukan-penduduk.
Pasal 6.
1. Dalam waktu satu bulan orang atau badan bukan-penduduk yang pada saat
Undang-undang ini berlaku berada dalam daerah Republik dan menguasai benda-benda
tersebut di bawah ini, harus memberitahukannya kepada K.A.P. atau Kantor lain atau Bank
yang ditunjuk oleh K.A.P. serta berkewajiban memberikan keterangan yang dipandang
perlu oleh K.A.P., Kantor atau Bank tersebut.
a. Emas dan logam mulia yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas.
b. Effecten.
c. Alat pembayaran sah.
d. Surat berharga.
e. Surat lain yang mengandung hak menagih.
2. Orang atau badan tersebut dalam ayat 1 yang berada dalam daerah Republik dan menguasai
benda-benda itu setelah Undang-undang ini berlaku, harus memberitahukannya dalam
waktu satu bulan setelah mendapatnya.
D. Hal memperoleh benda-benda yang berarti alat pembayaran luar Negeri,
hal melepaskannya dsb. bagi penduduk.
Pasal 7.
1. Penduduk harus mendapat idzin dahulu dari K.A.P. sebelum memperoleh, menjual,
menukarkan atau melepaskan dengan cara lain, menggadaikan atau memberati
benda-benda tersebut dalam pasal 5.
2. Mereka harus pula mendapat idzin dahulu dari K.A.P. sebelum memperoleh, menjual,
menukarkan atau melepaskan dengan cara lain, menggadaikan atau memberati
benda-benda tersebut di bawah ini guna kepentingan orang atau badan bukan-penduduk.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
a. Emas dan logam mulia lain yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas.
b. Effecten.
c. Surat berharga.
d. Hak menagih.
e. Harta benda lainnya, baik yang berupa harta tetap dan harta bergerak, maupun yang
berupa lain.
E. Hal memperoleh benda-benda termaksud, hal melepaskannya
dan sebagainya bagi bukan-penduduk.
Pasal 8.
Orang atau badan bukan-penduduk harus mendapat idzin dahulu dari K.A.P. sebelum
memperoleh, menjual, menukarkan atau melepaskan dengan cara lain, menggadaikan atau
memberati benda-benda termaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf a sampai dengan e, jika
benda-benda tersebut atau surat yang mengandung hak menagih berada di daerah Republik.
F. Memasukkan benda-benda dalam daerah Republik.
Pasal 9.
1. Benda-benda yang tersebut di bawah ini tidak boleh dimasukkan dalam daerah Republik
Indonesia, jika tidak ada idzin dari K.A.P.
a. Emas dan logam mulia lain yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas.
b. Effecten.
c. Alat pembayaran sah, baik dalam maupun luar Negeri, kecuali jumlah R. 100,- seorang.
d. Surat berharga.
e. Surat lain yang mengandung hak menagih.
2. Benda-benda lain hanya boleh dimasukkan dalam daerah Republik Indonesia jika dapat
ditunjukkan, bahwa pembayaran benda-benda tersebut telah disetujui oleh K.A.P. dan
syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh K.A.P. telah dipenuhi pula.
G. Mengeluarkan benda-benda dari daerah Republik.
Pasal 10.
1. Benda-benda tersebut dalam pasal 9 ayat 1 tidak boleh dikeluarkan dari daerah Republik
Indonesia jika tidak ada idzin dahulu dari K.A.P.
2. Benda-benda lain hanya boleh dikeluarkan dari daerah Republik Indonesia jika dapat
ditunjukkan, bahwa pembayaran benda-benda tersebut telah diidzinkan oleh K.A.P. dan
syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh K.A.P. telah dipenuhi pula.
H. Hak istimewa K.A.P.
Pasal 11.
Berhubung dengan pengeluaran atau pemasukkan benda-benda K.A.P. dapat menetapkan
harga penjualan, pembelian atau penukaran; kantor ini dapat juga menetapkan cara
pembayaran atau cara penukaran.
I. Perjanjian antara penduduk dan bukan-penduduk.
Pasal 12.
1. Penduduk tidak boleh mengadakan perjanjian yang menimbulkan kewajiban membayar
kepada orang atau badan bukan-penduduk, jika tidak didapat idzin dahulu dari K.A.P.
2. Penduduk dalam mengadakan perjanjian yang baginya menimbulkan hak menagih dari
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
bukan-pendudk berkewajiban minta pembayaran dengan alat pembayaran dan dalam
waktu yang ditetapkan oleh K.A.P.
3. Penduduk tidak boleh melepaskan hak-haknya dengan menguntungkan bukan-penduduk,
jika tidak mendapat idzin dahulu dari K.A.P.
J. Kewajiban menyerahkan alat pembayaran luar Negeri.
Pasal 13.
1. Penduduk berwajib menyerahkan benda tersebut dalam pasal 5 kepada K.A.P. atau kepada
Kantor lain atau Bank yang ditunjuk oleh K.A.P., yang akan membeli benda-benda itu guna
Fonds dengan harga yang ditetapkan oleh K.A.P. dengan ersetujuan Dewan Pengawas.
2. Benda-benda termaksud hanya boleh diserahkan oleh Fonds menurut petunjuk K.A.P.,
dengan harga yang ditetapkan oleh K.A.P. dengan persetujuan Dewan Pengawas.
K. Hak istimewa Dewan Pengawas.
Pasal 14.
1. Dewan Pengawas dapat menetapkan pembebasan dari kewajiban atau larangan termaksud
dalam pasal 1 sampai dengan pasal 9, pasal 12 dan 13.
2. Peraturan-peraturan selanjutnya, untuk menjalankan Undang-undang ini, ditetapkan oleh
Dewan Pengawas.
L. Peraturan hukuman dan pernyataan batalnya perjanjian.
Pasal 15.
1. Barang siapa tidak memenuhi kewajiban atau melanggar larangan, termaksud dlam pasal 5
sampai dengan pasal 10 dan dalam pasal 12 dan 13 atau menjalankan perbuatan yang
bermaksud merintangi K.A.P. dalam pembelian, menurut pasal 13, dihukum dengan
hukuman penjara setinggi-tingginya tiga tahun atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh
ribu rupiah.
2. Harta benda yang bersangkutan dapat disita dan diserahkan kepada K.A.P. dengan tidak
diberikan ganti rugi.
3. Jika yang tidak memenuhi kewajiban atau yang melanggar larangan termaksud dalam ayat
1, suatu badan, maka yang dituntut dan yang dijatuhi hukuman ialah kepala atau pengurus
yang bertanggung-jawab.
4. Hal-hal yang dapat dihukum menurut pasal ini dipandang sebagai kejahatan.
5. Perjanjian yang diadakan dengan melanggar pasal 12 dapat dibatalkan.
M. Pegawai yang berhak mengusut.
Pasal 16.
Selainnya mereka yang pada umumnya berwajib mengusut hal-hal yang dapat dihukum, maka
yang berhak mengusut hal-hal yang dapat dihukum termaksud dalam pasal 15 adalah :
Pegawai K.A.P.
Pegawai Pejabatan Bea dan Cukai.
Pegawai lain yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas.
N. Aturan tambahan.
Pasal 17.
1. Dewan Pengawas berhak menunda berlakunya beberapa pasal dari Undang-undang ini
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
untuk seluruhnya atau sebagian sampai saat yang ditentukan olehnya.
2. Dalam beberapa hal Dewan Pengawas dapat menetapkan penduduk daerah yang tidak
dikuasai penuh oleh Republik sebagai bukan-penduduk.
3. Dalam beberap hal Dewan Pengawas dapat menetapkan, bahwa untuk menjalankan
Undang-undang ini, daerah yang sementara tidak dikuasai penuh oleh Republik tidak
dipandang sebagai daerah Republik.
Pasal 18.
Dengan mengingat pasal 17 ayat 1, Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diumumkan.
Ditetapkan di Yogyakarta,
pada tanggal 2 September 1948.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEKARNO.
Menteri Keuangan, a.i.
MOHAMMDA HATTA.
Menteri Kemakmuran,
S. PRAWINEGARA.
Diumumkan
pada tanggal 2 September 1948.
Wakil Sekretaris Negara,
RATMOKO. Demikian tulisan tentang:
Post a Comment for "Download Undang-undang (UU) Nomor 28 Tahun 1948 | pdf"